Minggu, 31 Desember 2017

Omlet Imoet

Omlet, menu yang tak asing dikalangan anak kosan dan disukai si kecil. Kalau di dapur ada mie dan telor udah deh langsung eksekusi. Hemat waktu dan ramah di dompet.


Bahan
Ø  Mie instan 1 bungkus
Ø  Telor 1 buah
Ø  Minyak secukupnya
Ø  Cabai rawit
Cara membuatnya:
Ø  Mie direbus dan ditiriskan
Ø  Kocok telor,bumbu dan irisan cabai hingga merata lalu ditambahkan mie
Ø  Minyak goreng dipanaskan diatas teplon
Ø  Goreng campuran bahan tersebut dengan api kecil hingga matang.
Ø  Omlet siap disajikan

Mudahkan masaknya? Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.

Semur Jengkol

Semur jengkol yang bikin ngiler, paduan bumbu dan empuknya jengkol bikin napsu makan bertambah. Semur jengkol sangat berbayaha sekali bagi yang sedang menjalani diet (dijamin gagal, wkwk). Nikmatnya ngalahin daging ayam pokoke, jos tenan. Yok wis, mumpung besok libur, gak ada salahnya masakin ini buat suami (bagi yang udah nikah), hus jangan baper, iya masakin buat keluarga maksudnya. Mantap tuh kan, libur tahun baru bawa botram ke taman aja udah seneng apalagi dibawain semur jengkol. Oh iya, jengkol yang akan dibuat semur lebih enak jengkol tua, rasanya enak dan empuk. Kalau beli di pasar usahakan pilih jengkol yang masih utuh, jangan yang lama di rendam di air terlebih dagingnya kehijauan gitu. Selain timbangannya lebih berat (banyak airnya) rasanya juga kurang jos.



Sorry kelamaan curhat wkwk, oke ini resep semur jengkol ala my family.

Bahan
Ø  Jengkol 250 g
Ø  Kemiri 8 buah
Ø  Bawang putih 4 buah
Ø  Bawang merah 3 buah
Ø  Cabai rawit 10 biji
Ø  Garam 1 sdt
Ø  Kecap 20 mL
Ø  Air 200 mL
Ø  Minyak goreng secukupnya

Cara Membuat
Ø  Kukus jengkol selama 30 menit
Ø  Geprek jengkol hingga pipih
Ø  Bawang merah, bawang putih dan kemiri diulek hingga halus
Ø  Tumis bumbu hingga harum
Ø  Tambahkan kecap, air dan jengkol, tunggu hingga mendidih
Ø  Tambahkan garam, gula dan cabai utuh, tunggu hingga air meresap sempurna
Ø  Semur jengkol siap disajikan

Pecinta pedas, cabai bisa diulek bersama bumbu atau diiris tipis, aku dibiarkan cabai utuh karena adikku gak terlalu suka pedas hehe. Selamat mencoba, semoga bermanfaat.

Tumis Bunga Labu

Tinggal di desa sangatlah menyenangkan, punya pohon labu dan cabe aja, bisa ngirit pengeluaran dapur. Loh kok bisa? Yups, keluargaku paling suka dengan olahan labu. Apa sih yang enggak? Main course ataupun dessert, pasti bisa dibuat dari labu.

Pohon labu merambat, bunganya berwarna kuning seperti terompet dan buahnya lonjong atau bulat. Daun labu bisa di buat kuluban, lebih mantap dicoel sambel terasi ataupun ditumis juga bisa (aku belum pernah nyoba), labu yang masih muda biasa ditumis dan labu tua dibuat kolak. Bunga labu sangat enak ketika ditumis dengan irisan cabai rawit. Wih mantep, tak heran kalau tumis bunga labu jadi menu favorit keluargaku, hampir tiap hari masak ini. Yuks simak resep tumis bunga labu berikut ini.

Tumis Bunga Labu

Bahan
Ø  Bunga labu dua ikat (sekitar 30 buah)
Ø  Cabai rawit
Ø  Kemiri 3 buah
Ø  Bawang putih 3 siung
Ø  Bawang merah 2 siung
Ø  Garam 1 sdt
Ø  Gula secukupnya
Ø  Lada bubuk sejumput
Ø  Minyak secukupnya
Ø  Air 300 mL

    Cara Membuatnya
Ø  Cabai, Bawang putih, kemiri diulek halus
Ø  Minyak dimasukkan ke wajan tunggu hingga panas
Ø  Masukkan irisan bawang merah dan bumbu yang diulek, tunggu hingga harum
Ø  Tambahkan air dan bunga labu (dibelah dua)
Ø  Tambahkan gula, lada dan garam
Ø  Cek rasa, tunggu hingga matang (5-7 menit)
Ø  Tumis bunga labu siap disajikan.

Paduan yang cocok (Bunga labu vs Cabai)

bunga labu yang dibelah dua

Mudahkan cara membuatnya? So, kalau punya pohon labu, bunganya jangan dianggurin ya, cus dimasak aja. Rasanya gak kalah kaya kangkung kok, bikin nagih. Selamat mencoba, semoga bermanfaat. 

TEXZO (Traditional Food of Jatiwangi)

Hello guys, where you go for the holidays? Pantai, Museum, Gunung, atau di rumah saja? No problem, sing penting ngumpul, kalau aku sih di kosan ae haha. Siang yang cerah ini, kalau di rumah biasanya buat Texzo with geng rempong. Wkwk. 

Sejak jaman SMA, setiap kumpul pasti buat Texzo dengan level super pedes, sampe ingus keluar. Texzo adalah makanan tradisional yang berasal dari Jatiwangi, campuran soun, kuluban dan sambel khasnya bikin pengen lagi dan lagi. Oke gak usah panjang lebar, yuk simak resepnya yang super simple dan ramah di dompet.

Texzo



·        Bahan sambel:
  •         Cabai rawit 200 g
  •         Gula pasir 2 sdm
  •         Garam 1,5 sdm
  •         Air 1 L
  •         Tomat 3 buah
  •         Kemiri 4butir
  •         Bawang putih 5 siung
  •          Bawang merah 3 siung
  •         Bawang daun 5 tangkai
  •          Daun salam 2 lembar
  •         Minyak goreng secukupnya

Cara Membuatnya:
  •         Cabai, Bawang Putih, Bawang Merah, Kemiri diulek hingga halus
  •         Sambal dan daun salam ditumis hingga harum
  •         Tambahkan air, garam, dan gula tunggu hingga mendidih
  •          Tambahkan potongan tomat dan daun bawang lalu aduk sebentar.
  •          Cek rasa dan siap disajikan bersama soun (bihun) dan kuluban.


Soun (atas), Kobis (kiri), Sambal Soun (kanan)

       Kuluban (rebusan sayuran) yang biasa disajikan bersama sambel ini yaitu kangkung, daun singkong, kubis dan genjer, disesuaikan dengan selera masing-masing. Hehe.

      Simple bingitz kan? Yuk segera eksekusi, dijamin kumpul bersama orang tercinta semakin terasa hangat.

       Seuhah seuhah Jozz.
       Happy lunch
       Have a nice holiday




Kamis, 23 November 2017

Beautiful view in Tonjong Waterfall



                Majalengka tak hanya dikenal dengan kota angin, kota kecap atau Majalengka digoyang saja tapi dijuluki sebagai kota seribu curug. Wow seribu curug? Pontesi wisata yang perlu dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah setempat. Wisata alam banyak terdapat di daerah Majalengka bagian selatan, salah satunya Curug Tonjong yang terletak di Desa Teja Kec. Rajagaluh Kab. Majalengka.  Yuks simak perjalanan saya J

Saya bersama teman saya, Teh Reni pergi ke alun-alun Rajagaluh untuk mengahdiri upacara pembukaan MTQ, masyarakat dari berbagai penjuru Kab. Majalengka tumpah ruah disepanjang jalan Rajagaluh-Majalengka. Acara berlangsung meriah hingga siang hari, teriknya mentari tak dihiraukan. Seusai mengikuti acara tersebut, kami melipir ke tempat mie ayam yang terletak di pojok barat terminal Rajagaluh dan tak sengaja bertemu dengan Kang Ojan, teman sekelasnya Teh Reni.
“Langsung pulang nih?” tanya Kang Ojan seusai menyantap yamso.
“Ke Curug yuk?” bujuk Teh Reni
“Hayu… mumpung bisa kumpul nih! jauh gak? Udah jam setengah dua loh?” Saya sangat bersemangat jawabnya.
“Ke Curug Tonjong saja, deket kok.” Teh Reni langsung menancap gas.
“Sok yang tahu jalan di depan, saya belum pernah” Kang Ojan pun memasang helm tak lama kemudian mengikuti dari belakang.
Perjalan ke curug dimulai, saya bingung sendiri. Katanya ke Tonjong kok arahnya dari Terminal Rajagaluh ke selatan? Bukannya ke arah Barat menuju kota? Ah, saya tak paham itu curug ada dimana, yang penting nyampe ke TKP. Hehe
Sepanjang perajalan disuguhkan pemandangan yang cantik, barisan bibit buah dan hamparan sawah yang memanjakan mata. Cucok banget buat refresh dari kepenatan rutinitas harian. FIY, daerah Rajagaluh terkenal sebagai produsen bibit buah yang kualitasnya bagus loh, khusus bibit mangga dan durian.
Tak terasa sudah sampai di lokasi setelah 15 menit perjalanan.  Jalan yang ditempuh tak securam Curug Maja, dari terminal Rajagaluh ambil arah ke selatan, mengikuti jalan raja arah Pajajaran, dan di pertigaan yang tikungan curam ambil kiri sampai ada banner Curug Tonjong. Lokasi curug masuk ke perkampungan warga, dari banner tersebut tinggal mengikuti petunjuk yang ada. Jalan sangat bagus namun agak sempit dan agak menanjak, jadi kudu hati-hati apalagi ada simpangan motor. Bagi yang dari luar kota, keluar pintu keluar Tol Cipali yang di Sumberjaya, tinggal naik elf jurusan Rajagaluh, turun di terminal lalu dilanjut dengan cator atau mobil bak terbuka, bisa langsung sampai lokasi. Ases jalannya memang sangat mudah.
Tiket masuk pun sangat murah yaitu Rp 8.000/orang berikut parkir satu motor. Saat memasuki lokasi disuguhkan pemandangan yang sangat menyegarkan. Sebelah kanan loket ada kolam renang anak kecil dan kamar mandi, sementara di sebelah kiri terdapat musola. Taman tertata rapih lengkap dengan saung bambu, cocok buat  botram. Selain itu, ada panggung hiburan, mungkin kalau hari libur ada biduannya. Hehe
Kami langsung menuju ke curug, saya suka dengan jembatannya, jadi inget jembatan yang ada di Pantai Bokori, Sultra. Tenang guys, curugnya hanya berjarak 60 m dari loket dan tanpa harus menuruni anak tangga. Jembatan menjadi spot favorit pengunjung, untung saja kami berkunjung di hari senin jadi gak harus ngantri buat mengambil foto. Hehe
Curug Tonjong tampak dari depan.

Curug Tonjong terdapat dua aliran yang tidak terlalu besar, tapi sungai yang mengalir dibawahnya cukup deras dan saat melintasi jembatan itu kaya agak serem gimana gitu, apalagi jembatan bagian atas yang masih menggunakan bambu. Kami bermain air di dekat patung tepat dibawah curugnya, airnya tak begitu jernih mungkin karena lagi musim hujan namun sangat segar sekali. Sayang, gak bawa baju ganti, padahal kalau nyebur enak kayanya. Main airnya hanya kaki sama tangannya tok, hehe. Kami melanjutkan ke bagian atas, melintasi jembatan dan melipir ke bukit sebelah barat lalu melintasi jembatan bambu. Suara gemuruhnya semakin kencang, kalau mau ngomong harus agak keras, saking berisiknya. Bagian atas ada tempat duduk yang terbuat dari bambu, ini suasananya romantis. Nongkrong sambil melihat aliran air, tapi sayang ada muda-mudi yang lagi duduk di sana (jangan baper loh). Batu besar di tengah sungai, aliran yang tak terlalu deras dan dangkal membuat tempat ini cocok untuk hunting foto.

Jembatan kayu di samping Curug

Pemandangan dari tangga atas.
Sungai di bagian atas

Wis daripada baper, kami melanjutkan perjalanan ke puncak bukit yang tepat di atas curugnya. Jalannya masih masih tanah dan sedikit bebabatuan, kami tiba di bendera 1. Pemandangannya bagus namun masih kurang begitu jelas karena terhalang oleh pohon, jika melihat ke bawah maka akan disuguhkan aliran sungai yang di dekat curug. Keringatan juga, padahal masih ada empat bendera lagi, saya kira ini sudah di puncak. Kang Ojan sudah manjat duluan, duh batunya gede-gede pula, ngerayap ini mah.
Jalan menuju bendera kedua

“Puncaknya masih jauh, ada tiga bendera lagi.” Terik Kang Ojan yang memutuskan turun lagi menghampiri kami.
Kami beristirahat sejenak di bendera 1, jalannya beralaskan batu tapi sudah tertata rapi jadi memudahkan untuk melintasinya. Saya jadi semakin penasaran, akhirnya memutuskan untuk jalan lagi, bendera 2 masih jauh tapi kok jadi serem juga. Naik sendirian, duh jadi takut, yaps takut ular dan sejenisnya. Ya saya rela turun lagi, lain kali saja deh.
“Kenapa Teh? Kok balik lagi?” tanya Teh Reni sambil menyodorkan air mineral.
“Serem ah, kalau kalian ikut oke sih.”
Teh Reni rupanya kelelahan, Kang Ojan pun sama. Saya payah banget nih, efek gak pernah olah raga manjat dikit ngos-ngosan. Tapi penasaran di atas itu ada apa yah? Huhu. Saat melepas lelah tetiba ada petani  lewat sambil membawa sabit dan karung yang diikuti oleh anak lelaki berusia sekitar sepuluh tahunan.
“Pak, di atas ada apa?” tanya saya penasaran.
“Ya, sami sapertos kieu, tapi endah tiasa katenjo lembur batur. Neng teu acan pernah ka dieu?”
“Belum.”
Saya merasa malu, ya memang meskipun orang Majalengka tulen tapi baru kesini, haha kudet. Wisata curug ini memang terbilang baru, saya masih ingat saat PKL perbanyakan durian di daerah Pajajar, sering melintasi jalan menuju curug ini. Ya hanya ada tulisan Curug Tonjong saja dan saat itu belum sebooming sekarang. Fasilitas masih dalam tahap pembangunan, terlebih jalan menuju puncak, masih batu hidup, hanya jalan setapak saja. Ya hanya sampai bendera satu yang jalannya beralaskan batu tapi sudah rapi berbentuk anak tangga.
Pemandangan di atas bukit bendera ketiga
Pemandangan dari puncak tertinggi

Saya memutuskan untuk ikut ke atas bersama petani, tak lupa sepatu saya copot, nyeker ini mah. Ya salah kostum harusnya pakai sandal dan trening ini pakai rok haha, jadi gak terlalu bebas melangkah. Tak ada rencana buat ke sini, soalnya kalau direncanakan pun hanya wacana, ujungnya gak jadi. Hiks.
Tiba juga di bendera dua, tak lama kemudian Kang Ojan muncul di belakang saya. Tinggal sendirian Teh Reni dibawah yang nungguin sepatu sama tas. Huhu cewek sendirian pula. Oke lanjut lagi, masih ada tiga bendera lagi. Pemandangannya tampak begitu jelas, kalau di bendera dua masih terhalang bukit, yang ini lumayan jelas apalagi di bendera empat seperti hutan. Jalannya tak terlalu curam dan bukan batu lagi, tapi tanah, banyak pohon bekas dipangkas termasuk tanaman kopi. Jarak yang tak terlalu jauh dari bendera 4 sudah terlihat bendera 5, terlihat jelas petani sedang merebahkan badan di batu besar. Saya langsung menghampiri, benar ternyata di atas bisa terlihat lebih jelas pemandangan Rajagaluh. Hamparan sawah, pemukiman penduduk bahkan gunung. Udaranya segar sekali, hijau semua. Saya bisa melihat tempat parkiran motor dari atas, lumayan tinggi juga.
Sekian cerita dariku, semoga bermanfaat. Kondisi sekarang bisa saja jauh lebih baik,  karena kami berkunjung 6 bulan yang lalu hehe.



Kamis, 08 Juni 2017

Resep Praktis Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)


            Limbah sayuran maupun bebuahan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik cair. Pembuatan POC yang sangat mudah dan murah tentu dapat menghemat biaya produksi dari pada harus membeli POC dengan harga yang relatif mahal.
            Bahan baku pembuatan POC yang saya gunakan yaitu dari timun suri yang sudah tidak layak konsumsi atau membusuk. Bahan baku ini disesuaikan dengan limbah yang terdapat di lingkungan sekitar.
            Alat dan bahan
Alat yang digunakan yaitu ember, pengaduk, saringan halus (kain) dan botol bekas air mineral. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu 1 kg limbah sayuran atau bebuahan (timun suri), gula pasir/gula merah 8 sdm dan EM4 5 ml.
Cara Pembuat POC
1.      Timun suri diperas menggunakan kain hingga sari atau airnya keluar.
2.      Cairan tersebut ditambah gula dan EM4, diaduk hingga larut.
3.      Cairan dimasukkan ke botol bekas air mineral yang steril (dibilas dengan air panas).
4.      Cairan tersebut dibiarkan selama 15 hari. POC yang jadi akan berbau wangi seperti tape.
Setiap hari dicek, dan dibuka tutupnya perlahan agar gas keluar lalu ditutup rapat kembali. Agar tidak repot buka tutup setiap hari, sahabat bisa menggunakan wadah yaitu jerigen yang disambungkan dengan selang ke botol air mineral berisi air.
Bahan baku yang digunakan apabila agak padat dengan kadar air sedikit seperti pisang, maka perbandingan limbah dengan gula yaitu 1:1 dan diberi air hingga macak-macak. Ampas sisa perasan bisa jangan dibuang tapi dimanfaatkan kembali dengan cara yang sama yaitu diberi air sedikit (botol bagian kanan).

POC timun suri, pepaya dan jeruk

Bahan untuk membuat POC bisa ditambahkan dengan air cucian beras dan air kelapa. Semakin beragam jenis bahannya maka kandungan yang terdapat dalam POC akan semakin kaya dan baik. Gambar di atas merupakan POC dari bahan papaya, jeruk, timun suri, air cucian beras, gula dan air kelapa tanpa menggunakan EM4.
Aplikasi
POC diencerkan dengan air (1:100), aplikasi dilakukan pada pagi hari dengan dosis 10-40 ml disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman.

 
aplikasi POC pada cabai
 Selamat mencoba, semoga bermanfaat.

RESEP PRAKTIS PEMBUATAN PGPR



Salah satu upaya meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan menggunakan bakteri yang bermanfaat dan bersifat memupuk seperti kelompok bakteri PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). Beberapa bakteri dari kelompok PGPR adalah bakteri penambat nitrogen seperti genus Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum dan bakteri pelarut fosfat seperti genus Bacillus, Pseudomonas, Arthrobacter, Bacterium, dan Mycobacterium.
Manfaat PGPR diantaranya :
1.      Menambah fiksasi nitrogen di tanaman kacang-kacangan
2.      Memacu pertumbuhan bakteri fiksasi nitrogen bebas
3.      Meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga
4.      Memproduksi hormon tanaman
5.      Menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan
6.      Mengontrol hama dan penyakit tumbuhan
Harga PGPR yang ada di pasaran relatif mahal, namun tak perlu khawatir karena PGPR dapat dibuat dengan mudah dan murah dengan memanfaatkan bahan yang ada disekitar kita.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu panci, ember, pengaduk, saringan, kompor, dan jerigen. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu air steril (air telah dimasak atau bisa menggunakan air gallon), terasi tanpa pengawet 50 g, air leri (cucian beras) 0,75 liter, gula pasir 100 g, kapur sirih ½ sdm dan akar bambu.
Cara Pembuat PGPR
1.      Akar bambu yang baru digali lalu direndam dengan air steril di dalam selama 3 hari.
2.      Air rendaman yang paling atas diambil untuk dijadikan biang PGPR.
3.      Air sebanyak 2,5 liter direbus sampai mendidih.
4.      Air yang telah mendidih lalu dimasukkan terasi 50 g, air leri (cucian beras) 0,75 liter, gula pasir 100 g, dan kapur sirih ½ sdm.
5.      Air tersebut diaduk-aduk sampai mendidih dan diangkat lalu didiamkan sampai dingin.
6.      Hasil air rebusan yang telah dingin disaring lalu ditambah dan biang PGPR sebanyak 0,5 liter. Campuran tersebut lalu dimasukkan ke dalam jerigen dan ditutup.
7.      PGPR tersebut digojok 3 jam sehari selama satu minggu. PGPR yang jadi akan berbau wangi seperti tape.



Aplikasi
Aplikasi PGPR dianjurkan pada sore hari setelah pukul 15.00 WIB atau pagi hari sebelum pukul 09.00 WIB. PGPR terlebih dahulu diencerkan dengan air (1:100), sedangkan dosis yang digunakan disesuaikan dengan jenis dan umur tanaman hingga daun menjadi basah dan tidak menetes (aplikasi semprot).
Aplikasi dapat dilakukan mulai dari perendaman benih, persemaian dan menjelang berbunga. Perendaman benih dilakukan dengan merendam benih pada larutan PGPR yang telah diencerkan sampai benih tersebut terendam, selama 30 menit. Aplikasi semprot pada tanaman padi sekitar 10-50 ml/rumpun dan aplikasi kocor pada tanaman cabai dengan dosis 20-50 ml/tanaman. Interval waktu aplikasi sekitar 5-7 hari. Sementara aplikasi kocor pada tanaman keras sebanyak 10-50 ml/pohon air setiap sebulan sekali.
Selamat mencoba, semoga bermanfaat.