Kamis, 08 Juni 2017

Resep Praktis Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)


            Limbah sayuran maupun bebuahan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik cair. Pembuatan POC yang sangat mudah dan murah tentu dapat menghemat biaya produksi dari pada harus membeli POC dengan harga yang relatif mahal.
            Bahan baku pembuatan POC yang saya gunakan yaitu dari timun suri yang sudah tidak layak konsumsi atau membusuk. Bahan baku ini disesuaikan dengan limbah yang terdapat di lingkungan sekitar.
            Alat dan bahan
Alat yang digunakan yaitu ember, pengaduk, saringan halus (kain) dan botol bekas air mineral. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu 1 kg limbah sayuran atau bebuahan (timun suri), gula pasir/gula merah 8 sdm dan EM4 5 ml.
Cara Pembuat POC
1.      Timun suri diperas menggunakan kain hingga sari atau airnya keluar.
2.      Cairan tersebut ditambah gula dan EM4, diaduk hingga larut.
3.      Cairan dimasukkan ke botol bekas air mineral yang steril (dibilas dengan air panas).
4.      Cairan tersebut dibiarkan selama 15 hari. POC yang jadi akan berbau wangi seperti tape.
Setiap hari dicek, dan dibuka tutupnya perlahan agar gas keluar lalu ditutup rapat kembali. Agar tidak repot buka tutup setiap hari, sahabat bisa menggunakan wadah yaitu jerigen yang disambungkan dengan selang ke botol air mineral berisi air.
Bahan baku yang digunakan apabila agak padat dengan kadar air sedikit seperti pisang, maka perbandingan limbah dengan gula yaitu 1:1 dan diberi air hingga macak-macak. Ampas sisa perasan bisa jangan dibuang tapi dimanfaatkan kembali dengan cara yang sama yaitu diberi air sedikit (botol bagian kanan).

POC timun suri, pepaya dan jeruk

Bahan untuk membuat POC bisa ditambahkan dengan air cucian beras dan air kelapa. Semakin beragam jenis bahannya maka kandungan yang terdapat dalam POC akan semakin kaya dan baik. Gambar di atas merupakan POC dari bahan papaya, jeruk, timun suri, air cucian beras, gula dan air kelapa tanpa menggunakan EM4.
Aplikasi
POC diencerkan dengan air (1:100), aplikasi dilakukan pada pagi hari dengan dosis 10-40 ml disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman.

 
aplikasi POC pada cabai
 Selamat mencoba, semoga bermanfaat.

RESEP PRAKTIS PEMBUATAN PGPR



Salah satu upaya meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan menggunakan bakteri yang bermanfaat dan bersifat memupuk seperti kelompok bakteri PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). Beberapa bakteri dari kelompok PGPR adalah bakteri penambat nitrogen seperti genus Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum dan bakteri pelarut fosfat seperti genus Bacillus, Pseudomonas, Arthrobacter, Bacterium, dan Mycobacterium.
Manfaat PGPR diantaranya :
1.      Menambah fiksasi nitrogen di tanaman kacang-kacangan
2.      Memacu pertumbuhan bakteri fiksasi nitrogen bebas
3.      Meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga
4.      Memproduksi hormon tanaman
5.      Menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan
6.      Mengontrol hama dan penyakit tumbuhan
Harga PGPR yang ada di pasaran relatif mahal, namun tak perlu khawatir karena PGPR dapat dibuat dengan mudah dan murah dengan memanfaatkan bahan yang ada disekitar kita.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu panci, ember, pengaduk, saringan, kompor, dan jerigen. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu air steril (air telah dimasak atau bisa menggunakan air gallon), terasi tanpa pengawet 50 g, air leri (cucian beras) 0,75 liter, gula pasir 100 g, kapur sirih ½ sdm dan akar bambu.
Cara Pembuat PGPR
1.      Akar bambu yang baru digali lalu direndam dengan air steril di dalam selama 3 hari.
2.      Air rendaman yang paling atas diambil untuk dijadikan biang PGPR.
3.      Air sebanyak 2,5 liter direbus sampai mendidih.
4.      Air yang telah mendidih lalu dimasukkan terasi 50 g, air leri (cucian beras) 0,75 liter, gula pasir 100 g, dan kapur sirih ½ sdm.
5.      Air tersebut diaduk-aduk sampai mendidih dan diangkat lalu didiamkan sampai dingin.
6.      Hasil air rebusan yang telah dingin disaring lalu ditambah dan biang PGPR sebanyak 0,5 liter. Campuran tersebut lalu dimasukkan ke dalam jerigen dan ditutup.
7.      PGPR tersebut digojok 3 jam sehari selama satu minggu. PGPR yang jadi akan berbau wangi seperti tape.



Aplikasi
Aplikasi PGPR dianjurkan pada sore hari setelah pukul 15.00 WIB atau pagi hari sebelum pukul 09.00 WIB. PGPR terlebih dahulu diencerkan dengan air (1:100), sedangkan dosis yang digunakan disesuaikan dengan jenis dan umur tanaman hingga daun menjadi basah dan tidak menetes (aplikasi semprot).
Aplikasi dapat dilakukan mulai dari perendaman benih, persemaian dan menjelang berbunga. Perendaman benih dilakukan dengan merendam benih pada larutan PGPR yang telah diencerkan sampai benih tersebut terendam, selama 30 menit. Aplikasi semprot pada tanaman padi sekitar 10-50 ml/rumpun dan aplikasi kocor pada tanaman cabai dengan dosis 20-50 ml/tanaman. Interval waktu aplikasi sekitar 5-7 hari. Sementara aplikasi kocor pada tanaman keras sebanyak 10-50 ml/pohon air setiap sebulan sekali.
Selamat mencoba, semoga bermanfaat.






Senja di atap Stasiun


            Senja yang dinikmati di tepi pantai atau di puncak bukit sudah menjadi hal yang biasa. Pernahkah sahabat menikmati senja di atap stasiun?

          
Stasiun Purwokero tampak dari depan
                     
            
       Tahun terakhir kuliah saya sering mengunjungi Stasiun Purwokerto. Sekedar duduk di samping jembatan menikmati senja serta hilir-mudik pengunjung. Saya hanya bisa tertawa saat hati ingin segera mudik namun revisi skripsi terus menumpuk. Kakak kelas berkata “No mudik, sebelum SP.”

            Saya masih ingat sekali, terakhir mudik saat Idul Adha tahun lalu, itupun hanya dua hari. Masih ada penelitian yang harus segera saya selesaikan. Kota Satria kini tinggal kenangan saksi bisu perjuangan menyelesaikan kuliah selama empat tahun.
Suasana pedangan di bawah jembatan
 

            Stasiun Purwokerto menawarkan cerita yang tiada duanya. Tempat nongrong yang paling asyik menikmati senja ditemani mendoan dan teh hangat. Cukup menyebrangi jembatan, duduk menghadap barat dan membaur bersama nyanyian jawa penyambut kedatangan kereta. Saya juga biasa ngabuburit di sini, tak perlu khawatir masjid dan pedagang makanan tersedia juga.

Suasana di atas jembatan

            Salah satu pedagang yang sering saya kunjungi yaitu penjual nasi di bawah jembatan. Menu yang paling saya sukai yaitu mendoan dan sayur labu. Rasanya pas, tak terlalu manis untuk ukuran saya yang tak terlalu menyukai masakan manis. Soal harga sangat bersahabat sekali, gak percaya? Buktikan sendiri. Tak heran jika dagangannya ludes dalam waktu tiga jam. Biasanya buka menjelang magrib dan tutup sekitar pukul delapan malam.


Penjual nasi di bawah jembatan

suasana Stasiun Purwokerto di malam hari


            Saat malam tiba di bagian atas jembatan, banyak pedagang kaki lima nangkring. Ada yang jualan gorengan, mie atau nasi goreng. Semakin malam semakin ramai, lampu taman pun meromantiskan suasana. Kalau sudah kaya gini, tambah baper, seolah berteriak “Logawa kapan kau akan mengajak saya ke Parujakan lagi?” senja pun menjawab, “Tak perlu merasa sendiri, masih ada saya yang selalu setia menemanimu.”



Selamat menanti berbuka dan menikmati senja dari sudut yang berbeda.