Kamis, 11 September 2014

Curhat di Malam Minggu


            Rintikan hujan bagaikan alunan nada mengiringi senja yang dingin. Suara katak saling bersautan memberikan nuansa yang berbeda disetiap musim hujan tiba. Suara yang tak pernah ku dengar sejak aku mulai merantau. Hidup ditengah kota memang hanya dikelilingi oleh beton yang tertanam kuat di atas tanah.
            Kehangatan berkumpul bersama keluarga mampu mengalahkan dinginnya udara di sore ini. Ibu dan Ayah sedang asyik menonton berita banjir Menado, sementara aku sedang mengajari adikku matdas (matematika dasar)            . Kadang mengajari anak SD itu lebih sulit, butuh kesabaran dan cara menyampaikan yang paling sederhana yang dapat dengan mudah diserap.
“Tuk...tuk... Assalamu’alaikum.....”
“Wa’alaikumussalam....” jawab ibu sambil membuka pintu.
            Wajah yang muram diterpa cahaya lampu neon langsung memasuki rumah dan duduk sambil memainkan asap rokok.
“Wa, minjem motor buat nganterin kue ke masjid!”
“Iya silahkan, tuh kuncinya di meja, mau muludan tah?”
“Iya, wah kayanya panen padi lebih lambat nih...”
“Lho kok bisa gitu? Emang kenapa?”
“Padi diserang keong mas, susah banget dikendalikan, tuh bagian kotakan Uwa saja rumpunnya tinggal sedikit lagi”
            Keong mas memang hama yang sangat merusak tanaman padi yang masih muda, satu keong mas yang masih kecil bisa menghabiskan rumpun padi yang berukuran 1m2 dalam waktu 5 hari, sedangkan setiap satu kelompok telur keong mas menghasilkan 200-300 butir  telur. Kalau dibiarkan seperti ini terus maka rumpuh padi bisa habis. Wah bahaya juga ya, masa sampai gak panen sih, jangan sampai deh ini terjadi.
“ Teh, kalau 63:9 isinya 7 bener gak?”
“iya bener kok” Pertanyaan adikku, memecahkan konsentrasiku yang sedang membayangkan dampak dari serangan keong mas.
“Yet, tahu gak cara mengendalikan keong mas gimana, soalnya susah banget keong mas itu?” tanya pamanku kepadaku sambil bekas rokok yang telah habis dihisapnya.
            Pertanyaan dari pamanku ini sama seperti pertanyaan UAS matakuliah OPT kemarin. Ya sebagai mahasiswi pertanian saya juga harus bisa jawab tentunya. Tidak hanya hapal ketika UAS saja, namun harus diingat, memahami dan diaplikasikan. Karena ilmu yang bermanfaat yaitu ketika mampu berbagi dengan yang lain dan diaplikasikan. Ku coba mengingat kembali, membuka setiap lembaran file yang ada di otak, semoga dokumennya masih tersimpan maklum belajar pas ujian itu sistemnya SKS (Sistem Kebut Semalam), tak heran sedikit lupa-lupa ingat gitu... hehehe J
“ Pake ajir aja mang”
Ajir teh naon?”
Eta tutus mang
Oh tuturus, ih kok pake itu emang buat apa?”
“Supaya telur keong mas nempel di ajir itu, jadi telur keong mas dapat dibuang dengan mudah”
Cik coba ka jelas neragkeunna!”
“ Jadi gini mang, cara pengendalian keong mas yang aman yaitu sawah yang terserang keong mas diberi ajir tingginya 1-1,5 dengan diameter 2-3 cm, per hektar terdiri dari 200 buah. Ini bertujuan agar keong mas tidak meletakkan telur dibatang padi, tapi dapat meletakkan telur di ajir tersebut, pengambilan telur dapat dilakukan 2 hari sekali. Telur yang menempel diajir diambil dan dimusnahkan dengan cara dimasukkan ke dalam lumpur”
“Selain cara yang tadi ada cara yang lain gak?”
“Ada, caranya dengan mengambil keong mas tersebut”
“Lah cara itu mah, mang juga sudah tahu atuh...”
“Gini mang, kan keong mas yang sudah diambil itu banyak, nah sayang kalau dibuang percuma...” belum selesai bicara sudah dipotong.
“Mau dimasak gitu?”
“Bukan mang, tapi dibuat pupuk”
“Apa... pupuk.... emang bisa ya?caranya gimana?” saking kaget dan penasaran mang Enda pun sampai duduk dibawah disampingku yang sedang mengajari adikku.
“Caranya kaya gini, 1 kg keong mas ditumbuk halus, ditambah gula (sari tebu) 1-1,5 kg, setelah itu dimasukkan ke dalam wadah tertutup didiamkan selama 15 hari, setiap sore dibuka tutupnya, agar gasnya bisa keluar, tanda bahwa pupuk organik telah masak wanginya seperti tape, jika tercium bau busuk berarti pupuk tersebut gagal. Jadi intinya selain mengendalikan keong mas, manfaat lain juga sebagai pupuk organik, murah meriah dari pada harus membeli pupuk kimia, karena bahan baku pembuatan pupuk organiak yaitu keong mas didapet secara percuma hanya saja bermodalkan gula”.
“Oh gitu, gampang juga ya... kalau aplikasi pupuk organik, perbandingannya?”
“Pupuk ini sangat hemat kok, pupuk yang telah jadi di saring, lalu dari satu liter bisa diencerkan dengan air untuk satu teng”.
“Yet, kalau pupuk yang buat memperbanyak anakan itu bisa dibuat juga?”
“Bisa kok, bentar apa ya kok lupa lagi, tapi ada bahannya...” otaknya lagi loading hehehe J
“Oh iya sekaligus pestisida buat tikus dan keong mas itu apa?
Wah dikeroyok pertanyaan ini, mantap serasa jadi dokter yang ditanya pasiennya... ini saja belum kelar dijawab sudah muncul pertanyaan berikutnya... yo wis ra popo... tarik napas dulu deh biar ada inget.
“Ya sudah saya jawab yang pestisida nabati dulu ya, soalnya pupuk organiknya lupa lagi hehe... J jadi menurut buku yang saya baca berjudul Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi karangan Agus Kardinan cara membuat pestisida khusus buat keong mas yaitu daun sembung dihaluskan dan diaduk merata sebanyak 1 liter air ditambahkan serta 1 cc ditergen, lalu didiamkan semalam setelah itu disaring, diencerkan dengan 10-15 liter per 1 liter pesnab yang sudah jadi. Sedangkan pesnab untuk tikus bisa menggunakan umbi gandung racun sebanyak 1 kg, dedak (padi atau jagung) 10 kg, tepung ikan 10 ons dan kemiri (sebagai bahan penarik). Nah bahan ini diaduk sampai rata dibuat adonan dan dibentuk seperti bola, tujuannya pemberian gadung ini supaya tikus tersebut mandul, sehingga menekan populasi tikus”.
“Ooohhhh... ternyata gadung itu bisa memandulkan tikus, ntar lah saya coba buat bersama kelompok tani yang lain”
“Sebenarnya ada yang lebih efektif lagi sih, menggunakan peternakan burung hantu, ular dan petak perangkap tikus, namun biayanya cukup mahal, harus dilakukan perkelompok”
Plong juga akhirnya bisa jawab, eh lupa ada yang belum ke jawab...
“Oh iya mang, tadi itu cara membuat anakan padi supaya banyak yaitu mengguanakan berenuk (buah maja, bentuknya bulat berkulit hijau seperti jeruk bali). Caranya isi buah tersebut diperas dan ambil sarinya lalu diberi gula perbandingannya 1:1, biasa didiamkan 15 hari dan diencerkan 1 liter dengan air 15 liter. Berenuk ini fungsinya sama seperti hormon auksin, sementara gula berfungi sebagai bahan makanan untuk mikroorganisme. Sebenarnya cara pembuatan pupuk oraganik itu intinya sari buah yang ditambah dengan gula, jika ada pisang rebus lalu tidak habis karena sudah basi, sebaiknya jangan di buang tapi sarinya diambil buat pembuatan pupuk, terserah mau buah apa saja yang penting mengandung air, mau pepaya juga boleh. Sedangkan untuk memperkaya nutrisi bisa ditambah air kelapa, air cucian beras, susu basi juga bisa”.
“Oh mudah juga ya, murah lagi dibandingkan harus beli POC yang harganya mahal sekali...”
“Nih pupuk organik yang terbuat dari jeruk nipis yang sudah jadi coba dicium” ujar ibuku sambil membuka tutup botolnya.
“Wah iya wangi banget siga peuyeum... ya sudah Yet.... mang mau ke masjid dulu, saking asyiknya ngombrol jadi tak terasa sudah jam setengah delapan nih, makasih nih ilmunya, ntar saya coba deh...”
            Alhamdulillah akhirnya semua pertanyaan bisa terjawab dengan baik, semoga bisa bermanfaat. Pada dasarnya hama itu bisa dikendalikan sendiri bila keadaan ekosistemnya seimbang, pemberian pupuk atau pestisida kimia membuat ekosistem tidak seimbang sehingga munculnya ledakan hama, pencemaran lingkungan dan tanah menjadi keras serta kurus. Pengendalian hama terpadu adalah kunci untuk mengatasi prombelmatika yang dihadapi petani namun dalam praktiknya sulit diaplikasikan.