Kamis, 08 Juni 2017

Senja di atap Stasiun


            Senja yang dinikmati di tepi pantai atau di puncak bukit sudah menjadi hal yang biasa. Pernahkah sahabat menikmati senja di atap stasiun?

          
Stasiun Purwokero tampak dari depan
                     
            
       Tahun terakhir kuliah saya sering mengunjungi Stasiun Purwokerto. Sekedar duduk di samping jembatan menikmati senja serta hilir-mudik pengunjung. Saya hanya bisa tertawa saat hati ingin segera mudik namun revisi skripsi terus menumpuk. Kakak kelas berkata “No mudik, sebelum SP.”

            Saya masih ingat sekali, terakhir mudik saat Idul Adha tahun lalu, itupun hanya dua hari. Masih ada penelitian yang harus segera saya selesaikan. Kota Satria kini tinggal kenangan saksi bisu perjuangan menyelesaikan kuliah selama empat tahun.
Suasana pedangan di bawah jembatan
 

            Stasiun Purwokerto menawarkan cerita yang tiada duanya. Tempat nongrong yang paling asyik menikmati senja ditemani mendoan dan teh hangat. Cukup menyebrangi jembatan, duduk menghadap barat dan membaur bersama nyanyian jawa penyambut kedatangan kereta. Saya juga biasa ngabuburit di sini, tak perlu khawatir masjid dan pedagang makanan tersedia juga.

Suasana di atas jembatan

            Salah satu pedagang yang sering saya kunjungi yaitu penjual nasi di bawah jembatan. Menu yang paling saya sukai yaitu mendoan dan sayur labu. Rasanya pas, tak terlalu manis untuk ukuran saya yang tak terlalu menyukai masakan manis. Soal harga sangat bersahabat sekali, gak percaya? Buktikan sendiri. Tak heran jika dagangannya ludes dalam waktu tiga jam. Biasanya buka menjelang magrib dan tutup sekitar pukul delapan malam.


Penjual nasi di bawah jembatan

suasana Stasiun Purwokerto di malam hari


            Saat malam tiba di bagian atas jembatan, banyak pedagang kaki lima nangkring. Ada yang jualan gorengan, mie atau nasi goreng. Semakin malam semakin ramai, lampu taman pun meromantiskan suasana. Kalau sudah kaya gini, tambah baper, seolah berteriak “Logawa kapan kau akan mengajak saya ke Parujakan lagi?” senja pun menjawab, “Tak perlu merasa sendiri, masih ada saya yang selalu setia menemanimu.”



Selamat menanti berbuka dan menikmati senja dari sudut yang berbeda.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar